Posted by : Unknown
Kamis, 14 November 2013
Gion Matsuri adalah festival tahunan (matsuri) yang diadakan di Kyoto selama satu bulan penuh di bulan Juli. Perayaan dimulai pada tanggal 1 Juli yang ditandai dengan ritual Kippu iri dan diakhiri ritual Nagoshinoharae pada tanggal 30 Juli. Puncak-puncak perayaan Gion Matsuri berupa:
Yoiyoiyama (malam sebelum Yoiyama, 15 Juli)Yoiyama (malam sebelum prosesi, 16 Juli)
Yamaboko-junkō (prosesi Yamaboko, 17 Juli).
Yamaboko adalah istilah untuk Yama dan Hoko. Yama adalah kendaraan beroda (float) besar dari kayu dengan hiasan megah dan ditarik oleh banyak orang. Hiasan kendaraan (kenshōhin) pada Yama berupa benda-benda keagamaan dan benda-benda seni seperti karpet yang didatangkan dari Eropa dan Tiongkok melalui Jalan Sutra. Perdagangan dengan Dinasti Ming mencapai puncaknya pada zaman Muromachi, sehingga motif dari luar negeri banyak dipamerkan dalam Gion Matsuri. Masing-masing Yama mempunyai tema yang biasanya merupakan cerita dongeng yang berasal dari Tiongkok.
Hoko adalah jenis Yama dengan menara menjulang tinggi yang di ujung paling atasnya terdapat hoko (katana dengan mata di dua sisi) walaupun ada juga Hoko yang tidak bermenara. Hoko juga dijadikan panggung untuk kelompok orang berpakaian Yukata yang terdiri dari pemain musik Gionbayashi dan peserta yang berkesempatan naik karena memenangkan undian hasil membeli Chimaki atau Gofu (semacam jimat). Musik Gionbayashi yang menurut telinga orang Jepang berbunyi "Kon-chi-ki-chin" baru menjadi tradisi Gion Matsuri pada zaman Edo.
PROSESI YAMABOKO
Klimaks Gion Matsuri berupa prosesi Yamaboko berlangsung tanggal 17 Juli pagi di jalan Karasuma-dōri, Shijō. Pada zaman sekarang, Yama dan Hoko yang ikut serta dalam prosesi berjumlah 32 buah. Prosesi Yama dan Hoko di jalan utama kota Kyoto dipercaya dapat mengumpulkan segala penyakit menular. Yama dan Hoko pulang ke lokasinya masing-masing setelah puncak perayaan selesai untuk segera dibongkar dan disimpan di gudang. Yama dan Hoko konon harus segera dibongkar sebelum penyakit menular kembali berjangkit di permukiman penduduk.
PENYELENGGARA
Gion Matsuri yang diselenggarakan secara bersama oleh kuil Ayatokunaka dan kuil Yasaka merupakan salah satu dari tiga festival terbesar di Kyoto bersama-sama dengan Aoi Matsuri (kuil Kamowakeikazuchi & kuil Kamomioya) dan Jidai Matsuri (kuil Heianjingū).
Gion Matsuri juga diselenggarakan di beberapa tempat di Jepang oleh berbagai kuil agama Shintō (jinja) yang menyandang sebutan kuil Gion (gion-sha). Di kota Fukuoka (Kyushu) setiap tahunnya di bulan Juli juga diselenggarakan Hakata Gion Yamakasa.
Kyoto Gion Matsuri adalah salah satu dari tiga festival terbesar di Jepang bersama-sama dengan Kanda Matsuri dan Tenjinmatsuri.
ATRAKSI
PAMERAN PENINGGALAN BUDAYA
Pada malam Yoiyoiyama dan Yoiyama terdapat tradisi memamerkan benda-benda peninggalan budaya bernilai tinggi yang disebut Byōbu Matsuri (festival lukisan penyekat ruangan). Pameran ini diselenggarakan di rumah-rumah keluarga pengusaha yang berpengaruh (machishū) yang terletak di sekitar jalan raya utama Karasuma-dōri. Pengunjung dapat melihat barang-barang yang menjadi kebanggaan pemilik rumah.
PENJUALAN OBRAL
Di saat berlangsungnya Gion Matsuri banyak toko-toko yang berada di sekitar lokasi Yama dan Hoko melakukan penjualan kimono, yukata dan perlengkapannya serta barang-barang produksi khas Kyoto seperti kipas lipat tradisional (sensu) dengan harga murah.
TSUJI MAWASHI
Hoko yang berukuran besar mempunyai ketinggian yang sama dengan gedung berlantai empat atau lima, sehingga penonton banyak yang menantikan saat Hoko berbelok di persimpangan jalan yang disebut Tsuji mawashi. Salah satu Hoko yang diberi nama Naginatahoko menjadi pusat perhatian pada saat berbelok karena Hoko ini mempunyai berat sekitar 10 ton. Roda-roda yang dimiliki Hoko tidak bisa dibelokkan dengan mudah di atas aspal, sehingga roda harus lebih dulu dialas potongan-potongan bambu yang disiram air agar Hoko dapat berbelok dengan mulus.
CHIGO
Chigo adalah sebutan untuk anak-anak yang dijadikan bintang dalam Matsuri. Gion Matsuri terkenal dengan Chigo berupa anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun yang didandani dengan riasan tebal. Naginatahoko merupakan satu-satunya Hoko yang berisi Chigo sedangkan pada Hoko yang lain digantikan dengan boneka anak laki-laki. Naginatahoko juga merupakan Hoko terpenting yang tidak boleh dinaiki oleh wanita.
Pada bulan Juni setiap tahunnya juga dilakukan pemilihan Kamuro yang terdiri dari 2 orang anak laki-laki yang dilahirkan keluarga kaya di Kyoto. Kamuro berperan sebagai pendamping (kerai) yang berdiri di samping kiri dan kanan Chigo.
Pada tanggal 1 Juli, Chigo yang sudah dirias tebal melakukan berbagai macam ritual yang dimulai dengan ritual Osendo bersama para pengikut kuil di kuil Yasaka. Di kuil Yasaka pada tanggal 13 Juli, Chigo yang sudah berdandan lengkap dengan baju kebesaran menerima gelar Shōgo-i shōshō (setara dengan daimyo yang menerima 1.000.000 koku ). Setelah menerima gelar, Chigo dilarang berhubungan dengan keluarga dan dilarang bertemu dengan perempuan hingga berakhirnya puncak acara pada tanggal 17 Juli.
Pada prosesi Yamaboko, Chigo berpakaian lengkap kimono furisode dengan bahan kain bercampur serat emas, celana Hakama, dengan mahkota burung Phoenix di atas kepala. Salah satu tugas Chigo dalam prosesi Yamaboko disebut Shimenawagiri berupa pemotongan tambang menggunakan katana yang menandai dimulainya prosesi Yamaboko.
SEJARAH
Gion Matsuri adalah tradisi yang berasal dari sekitar 1.100 tahun yang lalu. Pada tahun 869 konon terjadi wabah penyakit menular yang mengganas di seluruh Jepang, sehingga perlu diadakan upacara yang disebut Goryō-e untuk menenangkan arwah orang yang meninggal karena wabah penyakit menular. Pendeta Shintō bernama Urabe Hiramaro membuat 66 pedang dengan mata di dua sisi (hoko) untuk persembahan kepada penjaga dari penyakit menular yang disebut dewa Gozutennō. Jumlah Hoko yang dibuat sesuai dengan jumlah negara-negara kecil (kuni) yang terdapat di Jepang pada saat itu. Upacara ini kemudian dikenal sebagai Gion Goryō-e, yang kemudian penyebutannya disingkat menjadi Gion-e.
Sejak tahun 970 upacara terus diselenggarakan setiap tahun hingga menjadi Gion Matsuri seperti sekarang ini. Prosesi Yamaboko seperti yang dikenal sekarang ini konon berasal dari tahun-tahun akhir zaman Heian. Gion Matsuri sempat tidak diselenggarakan sewaktu Perang Onin, akibat kebakaran besar di era Hōei, era Temmei dan era Genji, serta serangan udara pada Perang Dunia II. Gion Matsuri kemudian dihidupkan kembali oleh warga kota yang merupakan pengusaha yang berpengaruh (machishū).
Berbeda dengan Gion Matsuri yang dikenal sekarang ini, prosesi Yamaboko yang menjadi puncak perayaan Gion Matsuri pada tahun 1966 dilakukan dalam dua tahap:
Zensai (prosesi Yama dan Hoko pada tanggal 17 Juli)
Ato Matsuri (prosesi Yama saja pada tanggal 24 Juli).
ANEKA TRADISI
CHIMAKI
Chimaki adalah kue dari tepung beras ketan dibungkus daun bambu yang berfungsi sebagai penolak bala yang digantung di genteng nok pintu masuk rumah di Jepang. Chimaki banyak dijual di dekat diparkirnya Yama selama perayaan Gion Matsuri.
Konon pada zaman dulu, dewa kuil Yasaka yang bernama Susano Onomikoto yang sedang dalam perjalanan mencari-cari tempat untuk bermalam. Secara tidak terduga, orang miskin yang bernama Sominshōrai menyambut hangat kedatangan dewa Susano Onomikoto dan memberi tempat menginap. Sebagai ucapan terima kasih, dewa Susano Onomikoto berjanji memberikan kekebalan penyakit menular untuk seluruh anak cucu keturunan Sominshōrai. Dewa juga memberikan Chinowa (lingkaran dari anyaman daun bambu) untuk digantung di pinggang Sominshōrai agar kebal terhadap penyakit menular. Chinowa merupakan asal-usul kue Chimaki yang juga dibungkus daun bambu.
TARI SAGIMAI
Tari Sagimai (tari burung Kuntul) merupakan tari persembahan untuk para dewa yang diselenggarakan di kuil Yasaka pada malam Yoiyama, 17 Juli, dan 24 Juli. Penari terdiri dari dua orang yang mengenakan pakaian putih bersayap dari kain sutra dan berperan sebagai burung Kuntul jantan dan betina. Penyelenggaraan tari Sagimai dibiayai oleh pengikut kuil Yasaka.
Tari Sagimai dulunya dilakukan dengan mengelilingi salah satu Hoko bernama Kasasagihoko yang sudah punah 600 tahun yang lalu. Pada pertengahan zaman Edo, tari Sagimai menghilang dari Gion Matsuri, namun tetap dilestarikan di kota Tsuwano, Prefektur Shimane. Pada tahun 1956 hingga tahun 2005, penyelenggaraan tari Sagimai dihidupkan kembali di Gion Matsuri dengan mengambil tari Sagimai yang terdapat di Prefektur Shimane.